ilustrasi/perang baratayuda |
Jam
menunjukkan pukul 00.00 Wita. Ini hari telah berganti. Selasa, 8 Desember 2015
telah usai bergeser jadi Rabu, 9 Desember 2015. Ada agenda besar dalam sejarah
pemilu di Indonesia di hari ini. Sebanyak 9 provinsi dan 260 kabupaten/kota
se-Nusantara bakal menggelar pilkada serentak. Event pertama dalam periodisasi
penyelenggaraan pemilu langsung yang digelar secara bersama-sama.
Setiap provinsi beda jumlah pasangan calon atau
paslon. Ada yang diunggulkan dan tentunya ada yang non unggulan. Diprediksi menang
dengan mudah dan tak mampu bersaing. Bahkan ada juga dicurigai paslon boneka
alias umpan agar pilkada berjalan. Para paslon bakal unjuk dan membuktikan kekuatan
penyokong. Bagaimana mesin politik partai ataupun pribadi calon bekerja. Tim
sukses bekerja dengan cara tertentu bagaimana mampu mendulang suara dan memenangkan
para paslonnya. Ini ladang Baratayuda.
Perang besar di Kurukshetra antara keluarga Pandawa kontra
Korawa. Perang klimaks dari kisah Mahabharata. Pertempuran kolosal. Seru, bukan
karena adu fisik namun perang strategi. Bukan hanya sekadar sifat baik buruk Pandawa
dan Kurawa namun ilustrasi strategi dan tata tertib di ladang Baratayuda jauh
lebih elok diinterpretasikan.
Begitu juga dengan Pilkada bukan hanya sekadar perang
para calon dan kompetisi mengumpulkan poin suara, namun bagaimana sebuah proses
demokrasi terjaga. Ibarat pewayangan ada paslon berperan sebagai Pandawa. Juga
paslon berperan sebagai Kurawa. Paslon menempatkan peran Pandawa tentu
disyaratkan kandidat yang bakal menang. Kandidat yang kalah spontan bakal dinobatkan
sebagai Kurawa. Siasat perang Baratayuda bakal berlangsung juga menarik.
Ada poin penting membaca naskah di atas
kertas-kertas cerita Batarayuda. Perang yang dibatasi waktunya baik awal dan
akhir per hari. Tak ada serangan fajar. Adu strategi di pertempuran. Para pendukung dengan gagah perkasa
jiwa satria. Pun tak kalah menarik ketika Sengkuni yang dikenal tokoh paling
licik ikut berperang mempertanggungjawabkan kesalahan dan dosa atas terjadinya
perang Baratayuda.
Secuil pitutur
atau nasihat Dretarastra kepada Duryadana
yang patut diingat.“Kalau mau menangnya
ya tentu harus mau kalahnya. Jangan hanya mau menang saja. Kalau kalah mengamuk.
Apakah itu ajaran leluhurmu? Jatidiri kamu taruh mana?” kata Dretarastra.
Lantas bagaimana membedakan apakah kandidat termasuk
Pandawa atau justru Kurawa? Keteguhan hati dan nurani akan teruji. Semuanya berharap
bisa memilih paslon yang bisa mengejawantahkan tokoh Pandawa. Atau kalau kurang
yakin minta petuah lagi kepada punawakan. Ada pilihan. Visi dan misi mereka
telah dibeberkan. Apalagi bagaimana track
record mereka pasti sudah dikantongi para pemilih.
Di Bali misalnya, ada enam kabupaten/kota yang menggelar
pilkada. Adalah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Tabanan, Jembrana, Bangli, dan
Karangasem. Masing-masing kabupaten/kota ini memiliki paslon dengan jumlah
berbeda. Kota Denpasar ada tiga paslon. Pasangan petahana atau incumbent IB Rai Dharmawijaya Mantra–IGN
Jaya Negara. Dua penantangnya paslon Ketut Resmiyasa–IB Batu Agung, dan paslon Made
Arjaya–Anak Agung Ayu Rai Sunasri.
Kemudian bergeser ke kabupaten terkaya di Bali yaitu
Badung dua paslon. Ada pasangan Nyoman Giriasa-Ketut Suiasa nomor urut 1, dan
pasangan I Made Sudiana-I Nyoman Sutrisno nomor 2. Menuju kabupaten Lumbung Padi Tabanan terdapat dua paslon yang berkompetisi. Adalah paslon petahana Ni
Putu Eka Wiryastuti dan Komang Gede Sanjaya dan Paslon Wayan Sarjana dan IB Komang
Astawa Mertha.
Kabupaten ujung barat Bali yaitu Kabupaten Jembrana terdapat dua paslon. Pasangan I Komang
Sinatra-I Gusti Agung Ketut Sudanayasa menantang paslon petahana I Putu
Artha-Made Kembang Hartawan. Kabupaten Bangli Paslon petahana I Made Gianyar-Sang Nyoman Sedana Arta ditantang Ida
Bagus Brahma Putra-Ketut Ridet.
Kabupaten Karangasem justru diprediksi paling seru.
Di kabupaten dengan julukan Gumi Lahar
ini terdapat tiga paslon. Adalah I Gusti Ayu Mas Sumatri-Wayan Artha Dipa
(MASDIPA) yang diusung Koalisi Karangasem Hebat, I Made Sukerana-I Komang Kisid
(SUKSES) yang diusung Koalisi Partai Golkar, Gerindra dan PKS, serta Paslon I
Wayan Sudirta-Ni Made Sumiati (SMS) yang diusung PDI Perjuangan.
Kali ini, bebas silakan menentukan pemenang. Atau memilih tak nimbrung dan bingung tiba di ladang
Baratayuda. (*)
harusnya dimuat di Tribun Bali ini...ulasan cak kambali
BalasHapus