Senin, 11 Januari 2016

derai embun

ilustrasi-embun-net

Peluk erat sunyi tak bernyanyi. Rasa sayang tak terlampaui. Cinta tak terkira. Pada suatu malam. Tak tergoyahkan dalam buaian bulan dan bintang. Kami pun menikmati. Kisah tak begitu lama. Semasa semut berbaris di teras. Berhamburan ketika sang tuan merentas. bercerai berai tak bermakna. Garis penyesalan jelas melintas. Tak pernah terbayang. Bahkan hanya sebatas kedip mata. Adakah jalan pintas?

Jarum-jarum di dinding menuntun. Bukan pada kesimpulan. Babak baru perjalanan. Benturkanlah kepala pada tembok kokoh itu. Inilah akibat. Inilah azab. Inilah hukuman. Inilah kesengsaraan. Inilah penderitaan. Inilah siksaan. Inilah balasan. Inilah yang pantas.

Langkah bisu menertawakan hingga terseok-seok. Itu berlalu dan akan selalu. Berlahan berderai embun menetes bening di pipi kayu layu. Antara api dan bara. Tampak hina terkubur sirna. Teringat kisah melodi pagi tak pergi. Perjalanan singkat tak pernah senyap. Engkau yang kucinta. Sempurna. Ubahlah segalanya dan semua. Mereka dan aku sendiri. Meski tak pernah kulihat namun terasa. Biarkan rapuh, relai, reput, dan repas terbawa kata-kata.


Denpasar, 2015

0 komentar:

Posting Komentar