Senin, 22 Juni 2015

cekcok mantra langgam

pagi tak pernah terasa cerah
sorot matahari tak terlihat dari celah
samar-samar lampu lima watt menerangi
menemani pada hari ini, kemarin, atau lusa tanpa lelah
padam, rusak dan kemudian berganti
sendiri mengantuk
ditemani malah suntuk
ku putar-putar radio jadul di sisi telingaku
terkadang hingga larut terpejam mataku
mendengar tentang berita-berita
perkembangan negara nun jauh di sana
meski berita tentang ibukota
tak pernah mengusik hati berkata
atau sekadar bergumam
ku nikmati lagu-lagu keroncong
pulas hingga tak pernah terasa perut keroncongan
ah! ini merdu sekali jenang gula Andjar Any
sambil merem-meleh diuyon-uyoni pamitan-nya Gesang
atau menirukan langgam gambang suling Ki Narto Sabdo
paling pas semilir-semilir suara waljinah
tiba di malam hari itu
aku terpaku siaran langsung dari istana lalu
lamat-lamat aku dengarkan
daun telinga semakin menempel
di batang radio masa lalu
cengkok yang tak asing bagi
meski tak hafal dan jelas tentang liriknya
bukan nama-nama yang ku kenal
qori muhammad yasser arafat
melantunkan surat-surat peringatan acara itu
dua hari lalu aku coba mencari
ingin mendengarkan lagi
tak ada hingga jari-jari berhenti
sayup-sayup terdengar
tentang pembicaraan mereka
itu sudah liberalisasi
menyalahi ilmu ketajwidan
ada juga ini bagian khazanah nusantara
tak larut dari mereka
hanya melihat tata cara kemasan
tanpa melihat makna
tentang mantra langgam

0 komentar:

Posting Komentar