Jumat, 07 November 2014

setetes air pipa

nah! akhirnya sampai juga
di selokan pinggir jalan desa
menahan lelah dan dahaga
tak peduli badanku lemas
yang terbayang mereka cemas
jika hari ini tak minum lagi
aku duduk singgah
pandangan mata terarah
ke bawah
sembari itu,
membujurkan kaki tuaku
benar-benar cerah
ku alihkan pandanganku
menoleh arah ke kananku
deretan mereka tak berujung di mataku
berjejer urut tepi jalan itu
beruntunglah aku!
pikirku
keluar gubuk saat gelap
diiringi rona merah berkilap-kilap
ganti-ganti-ganti!
samar-samar ku dengar suara itu
pendengaran ku kini tak mampu
menangkap jelas riuknya bunyi
tetapi jelas mimik mulutnya
mereka seolah teriak-teriak
tangan kemudian menepuk
sambil berkata-kata
aku mengerti
ku angkat kaki
dan berdiri
ku lihat ember bekas
ukuran empat belas liter
baru terisi sebatas
tiga puluh menit berlalu
tetesan air pipa berderai
giliran dan berganti
hingga bergantung
jatah hanya setengah
itu pun jika beruntung
mengalir dengan durasi
setelah itu mati
tak mengalir lagi
Read More