Kamis, 25 Februari 2016

Muhasabah Keheningan

ilustrasi/net

Sepekan terakhirnya perjalanan penuh cerita. Ku kabarkan tentang arti hidup dan mati. Atau buah keseharian yang tak pernah layu meski diguyur babak-babak baru. “Entahlah.” Kata kawan pada suatu hari ini. Tepat di senja menjelang malam merajut mimpi-mimpi kecil. Kubujurkan kaku keinginan yang terhempas pada ujung asa yang ternyata tak nyata. Ku urungkan mata melihat meski hanya kerdipan. 

“Tetapi mereka tersiksa.” Bisikan kawan yang lain. Tepat di ujung daun telinga yang masih mengangga. Aku masih dungu dengan apa yang mereka katakan. Aku sama sekali tak pernah memperhatikan. Aku biarkan begitu saja. Berlalu. Maaf aku masih asyik membaca ayat-ayat suci. Lalu menerjemahkan berdasarkan pengetahuan dan kepintaranku sendiri. “Mereka telah mati semua.” Teriak kawan di tengah padang lapang penuh dengan darah yang masih segar. Mengucur dari tubuh-tubuh mereka. Ku pikir ini hanya sandiwara. Kehidupan penuh drama. “Ini adalah nyata.” "Setiap penglihatan tentang keindahan akan lenyap. Setiap perkataan yang manis akan memudar. Namun, janganlah kau berputus asa, karena mereka semua datang dari sumber yang sama, dari Keabadian. Masukilah Keabadian itu, maka kau akan melihat segala sesuatu tumbuh dan berkembang, memberi hidup baru dan kegembiraan baru bagimu." Aku terperanjak. Kata-kata Rumi jatuh di tangan kesedihan. Kesunyiaan menemukan jalan keabadian menuju Tuhan. Ku luruskan tangan di ujung jari-jari tak berbudi. Melambaikan jauh ke dalam lautan penuh keniscayaan. Melangkah meski menabrak tembok kokok di depan jidat tak bertaubat. Kukucurkan keringat di siang menyengat. “Sabar.”

2 komentar:

  1. Mantabs, Muhasabah sangat penting, Keheningan pun sangat penting,salah satu perawatan kesehatan Jiwa, semoga makin sehat dan sukses

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih Pak. Dan hal yg akan menjadi pijakan adalah Muhasabah. Keheningan pun menjadi pilihan bagi hamba, tempat paling 'nikmat' ketika mendekatkan diri kpd Sang Maha Kuasa.

      Hapus