Ilustrasi PDIP -- Antara/Dhedez Anggara |
Pemenang Pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu kini tinggal menunggu
hitungan jam untuk dilantik. Rabu (17/02/2016) menjadi hari bersejarah, para
bupati/walikota hasil Pilkada serentak dilantik di kantor gubernur Bali. Adalah
Wali Kota Denpasar, Bupati Kabupaten Badung, Tabanan, Jembrana, Bangli, dan
Karangasem.
Tentu bisa bisa ditebak di Bali
tak lazim kalau PDI Perjuangan (PDIP) tak menempatkan para calonnya menjadi
kampiun pada pertarungan gong demokrasi ini. Seperti prediksi awal, para calon
yang menaiki kendaraan PDIP menang dengan mudah. Apalagi bagi para petahana
yang sudah memiliki kendaraan PDIP.
Dari enam gelaran di
kabupaten/kota di Bali, nyaris semuanya milik para calon dari Partai besutan
Megawati. Diawali dari Kota Denpasar I pasangan IB Rai Dharmawijaya Mantra-IGN
Jaya Negara atau Dharma-Jaya (petahana),
Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dan I Gede Komang Sanjaya atau Eka-Jaya (petahana), Bangli pasangan Made
Gianyar dan SN Sedana Arta (petahana),
dan Jembrana Putu Artha-Kembang atau Abang
(petahana). Bahkan Kabupaten Badung yg dalam satu dekade atau dua kali even
pilkada milik Partai Golkar kini jatuh dipelukan pasangan Giri Prasta-I Ketut
Suiasa meski pasangan ini bisa dikatakan campuran PDIP-Golkar.
Nah, khusus di Kabupaten
Karangasem PDIP bisa saja mengambil hati pasangan Masdipa (IGA Mas Sumatri dan
Wayan Artha Dipa) yang mampu menjungkalkan
pasangan Partai Golkar I Made Sukerana dan Komang Kisid (SUKSES) dan
paket asli usungan PDIP Wayan Sudirta-Ni Made Sumiati. Apalagi status
Masdipa 'free transfer'. Dia memang
didukung Partai NasDem, Hanura, dan Partai Demokrat yang mengalihkan dukungan
di-last minute, namun bisa saja PDIP
mengambil Masdipa.
Kemenangan ini tentu menjadikan kursi empuk bagi para bupati/walikota. Para
bupati/walikota tentu akan mudah membuat kebijakan baik itu kebijakan anggaran
maupun kebijakan yang lain. Maklum separo lebih kursi DPRD kabupaten/kota juga ditempati
para anggota fraksi PDIP. Tinggal duduk manis, APBD disetujui.
Para bupati/walikota juga
tidak akan kesulitan mencari gelontoran dana dari pusat dan kebijakan-kebijakan
pusat untuk pembangunan Bali. Para pemimpin daerah ini tidak perlu lagi merengek
meminta jatah proyek dan mengajukan program pembangunan yang bertele-tele di pusat.
Jalur by pass telah tersedia. Kedekatan secara politik lebih manjur. Presiden
Jokowi tinggal kerdipkan mata setelah dilirik Ibu Megawati. “Apa sih yang nggak buat PDIP Bali.”
Contoh paling terbaru, presiden RI ke-5 Megawati datang meresmikan Waduk Titab di Kabupaten Buleleng, Bali. Belum lagi, ketika Megawati 'memerintahkan' menteri agar
membangun shortcut Denpasar-Buleleng.
Seperti inilah kedekatan bupati/kota dengan pemangku pusat. Tentu ini cukup
manis bagi masing-masing bupati/kota menempuh jalur by pass kedekatan politik daerah dengan pusat.
Keberhasilan PDIP memenangi pilkada serentak ini tentu membuat tidak enak
gubernur. Apalagi hubungan gubernur dan bupati/walikota selama ini memang masih
terjalin. Namun, tidak 'baik-baik' amat lho.
Bahkan sempat terjadi perang dingin kebijakan.
Perlu di tengok ke belakang
soal hubungan ini antara Gubernur Mangku Pastika dengan para bupati/walikota di
Bali. Tentu ingat betul bagaimana bupati/walikota mangkir saat diundang gubernur untuk membahas rancangan Perda RTRW
Bali. Bupati/walikota memilih mengadakan pertemuan sendiri di Tabanan. Tentu menarik
diikuti perkembangan bagaimana hubungan selanjutnya antara Gubernur Bali dengan
bupati/walikota PDIP ini.
Dari enam kabupaten/kota ini
maka Bali sudah mutlak di genggaman PDIP. Tinggal mempertahankan pasangan Putu
Agus Suradnyana dan I Nyoman Sutjidra (PAS-Sutjidra) di Kabupaten Buleleng pada
Pilkada tahun depan. Juga mengembalikan tradisi kursi di Klungkung yang kini
lepas ke tangan Gerindra. Jika berhasil maka Bali benar-benar menjadi kandang
banteng PDIP. Praktis tinggal memenangkan kursi gubernur, maka Bali akan disebut
Gubernur dan Bupati/Walikota PDIP.
Bak gayung bersambut, setelah
menempatkan para calon ke kursi empuk bupati/walikota tentu PDIP akan mengincar
dan mengambilalih kursi Bali I pada Pilkada 2018 nanti. Kekuatan PDIP
benar-benar di atas angin dengan dukungan para bupati/walikota ini. Dan tidak
bisa dibayangkan lagi bagaimana kekuatan dan perolehan suara PDIP pada Pilkada
Bali nanti, jika bupati/walikota se-Bali kompak menolak Reklamasi Teluk Benoa. Mungkinkah?
(*)
0 komentar:
Posting Komentar