Jumat, 06 Januari 2017

balada tentara pemuja raga

Sebatang rokok: disulut lalu dihisap, asap mengempul, berhamburan keluar dari mulut kegelisahan, meluncur deras dari lubang hidung di ujung kedalaman, puntung berlalu berserakan di jalan. Sebening air: bercengkrama di atas lembaran hijau daun di pagi hari. Seutas tali: bertalian lalu kau simpulkan sendiri.

Burung-burung berputar-putar dan sarang laba-laba begitu tampak dari luar gua, para tentara berbalik, sambil berkata “tak ada orang di gua”. Semuanya ditanda, tentara melempar batu, dan kuasa bicara.

Pedang telah berlumuran darah, raga telah tergeletak tak berdaya, terbawa debu-debu kepedihan, derai air mata, tetesan berlinang, tangisan kesedihan diserbu desing peluru menggema di alam terbuka.

Pekik: “akulah tentara pembela tuhan,”

Percaya, lupa, dan tak sadar, tuhan tak pernah dan tak akan bersandar pada makhluknya. Biarkan tuhan dengan keagungannya, tuhan dengan segala kedigdayaannya, dan tuhan menentukan kuasanya. (*)
denpasar, 5 januari 2017

ilustrasi-perang-net

2 komentar:

  1. Dan Tuhan menentukan kuasaNya,seneng iso moco tulisanmu li

    BalasHapus
  2. Dan Tuhan menentukan kuasaNya,seneng iso moco tulisanmu li

    BalasHapus