Senin, 03 April 2017

Soto Kebo


Pagi terasa kantuk sekali setelah tadi malam berkeliling mencari makan. Ya anggap saja kurang makan alias tiga hari tiga malam tidak makan. Makan batu maksudnya. 
“Ini dia, soto sudah di depan mata,” katanya.
“Soto kebo opo soto sapi?”
“Soto-soto-an. Iya sudah. Tapi biar aku makan mie saja. Biar tambah banyak impor gandumnya.”
Tiba-tiba terbangun dari tidur. Hari ini ada pesta dan syukuran. Pilih mana pesta atau syukuran. Nanti kalau kou doran atau kenduren dibilang musyrik. Apalagi sekarang ini lagi sinsitif label kafir-mengkafirkan.
“Masa bodoh. Yang kafir siapa? Yang mengkafirkan siapa?” Begitu kira-kira jawaban fulan bin fulan bin fulan. “Magak. Kearab-araban.”
Baiklah bisa kau sebut pesta, atau kenduren atau selamaten. Namun kira bertemu dengan mereka dan berkata apapun. Tak cuma itu, soto dan makanan tadi malam begitu terasa.
“Soto kebo tidak ada. kapan-kapan cari ke Sangeh, banyak di sana lawar kebo.”

denpasar, 3 april 2017
pedagang soto kebo. ilustrasi/tribunnews

0 komentar:

Posting Komentar