Malam telah larut, sedangkan aku belum tertidur
hari telah terang, sedangkan aku belum pulang
dan petang telah tiba, sedangkan aku tak kunjung menghamba
Aku asyik berkelana di negeri tak bertuan dan bertuhan
bersenda gurau diiringi nyanyian tangisan histeris kegembiraan
berjalan di lorong yang tak pernah sepi dari hiruk pikuk selimut kegelapan
bercengkrama di gang-gang kecil yang menuntun melintasi raut kehasratan
bergumul di rumah tempat menyanjung dan memuja di puncak bukit belaka
bersenda gurau diiringi nyanyian tangisan histeris kegembiraan
berjalan di lorong yang tak pernah sepi dari hiruk pikuk selimut kegelapan
bercengkrama di gang-gang kecil yang menuntun melintasi raut kehasratan
bergumul di rumah tempat menyanjung dan memuja di puncak bukit belaka
Jiwa-jiwa beterbangan, pulanglah
kau telah larut tanpa sadar menghibur raga-raga nan kosong kerontang di alam fana, menyelami lautan dangkal tak berair, mendaki gunung di dataran daratan
kau telah larut tanpa sadar menghibur raga-raga nan kosong kerontang di alam fana, menyelami lautan dangkal tak berair, mendaki gunung di dataran daratan
Cahaya bulan sebentar lagi redup, bentuk sabit tak tampak lagi, dan matahari enggan bersinar lagi. Ia terbit dari barat dan timur telah menjadi medan perang atas nama paling benar. jiwa, raga, jasad, dan riwayat lalu menyatu. kembali ketiadaan. seperti semula. sebelum aku dan engkau ada.
(*)
(*)
denpasar, 2016
ilustrasi - Lonceng penanda kabut di Chersonesos, Krimea, Ukraina (wikipedia) |
0 komentar:
Posting Komentar