almarhum Pak Ayu/antara foto |
Dua hati telah berpateri. Dua hati telah
saling berjanji untuk berpisah lagi. Gunung Mahameru menjadi wali kami. Ranu
Kumbala dan kabut tebal menjadi saksi bisu yang abadi. Aku dan Mega terus
berlari.
Kami terus berlari, menyusuri lereng
gunung yang hijau dan sepi. Menuju hari depan. Menuju matahari.
Berita
duka. Kabar dari kawan melalui facebook,
WhatApps, dan Blackberry Messenger.
Prof Dr Haji Sutarto MA atau akrap disapa Pak Ayu meninggal dunia pada Selasa, 01
Maret 2016 pukul 07.30 WIB. Sastrawan, budayawan, dan Guru Besar di Fakultas
Sastra Universitas Jember.
Dosen produktif. Dosen sastra yang melahirkan karya sastra. Dua Hati Menuju Matahari satu di
antaranya. Ku ingat, karya ini diterbitkan Kompyawisda Jember 2004 silam. Begitu
dalam fenomena dari realita pragmatik pada tokoh-tokohnya hingga aku teriang-iang.
Ungkapan nilai-nilai kehidupan terutama interaksi sosial. Penambah ilmu dan
wawasan. Unsur instrinsik saling terkait membangun keutuhan dan otonom.
Beliau
dengan cerdik mengidentifikasikan kejadian dan suasana cerita begitu detail. Perjalanan
hidup dua orang yang berakhir dengan bahagia dengan mendapatkan apa diinginkan.
Memberikan pelajaran tentang kegigihan mencapai cita-cita meski menjalani dengan
penuh kesedihan.
Pada awalnya ia adalah isteri yang baik,
sabar, dan mau mengerti kemiskinanku. Tetapi kemudian ternyata ia tak tahan hidup
sederhana bersamaku. Ia merasa tak memperoleh lelaki yang ia impikan: cerdas,
terkenal, dan banyak duit. Setelah lima tahun mengayuh bahtera rumah tangga dan
memberi satu buah hati yang mungil, ia menuntut cerai.
Isteri
pertama berkhianat, selingkuh dengan mantan pacarnya. Isteri kedua mati karena
sakit. Beliau juga memberikan teladan kepada istri agar tetap bersabar dalam
keadaan yang sederhana. Memberi pesan bahwa selingkuh pasti ada balasan setimpal
baik di dunia maupun di akherat.
Kemudian
memberikan pesan kepada mahasiswa harus mencari berusaha dan bekerja keras jika
ingin memperoleh gelar. Dari Senin sampai
Jumat aku sibuk di Perpustakaan KITLV atau di perpustakaan Lieden (Universiteit
Bibliotheek) di Nieuwstraat untuk mencari dan membaca buku-buku, majalah, koran
dan jurnal yang ada kaitannya dengan
disertasi doktorku.
Juga
mengajarkan bagaimana merasakan simpati dengan gadis yang selanjutnya menjadi
kekasih.
Asyik juga ngomong dengan dia.
Pengetahuannya mengenai gerakan perempuan dan feminisme cukup luas. Gaya bahasa
bicaranya sangat menarik dan sedikit seksi. Menurutku, ia akan jadi teman
ngomong dan sekaligus teman berjalan yang baik.
Anne memang hebat. Komentar-komentarnya
selalu menggoda untuk direnungkan. Pemahamannya tentang hidup dan kehidupan
adalah pemahaman yang total, tidak setengah-setengah. Tiba-tiba hati kecilku
berontak ingin memberi sesuatu yang mungkin ia butuhkan. Kehangatan. Aku ingin
memberikan dia matahari untuk menerangi hidupnya, untuk menghangatkan tubuhnya.
Hingga
pada akhirnya: Pada suatu hari, ketika
matahari bersinar terang, aku sedang membantu Pak Dukun memanen kentangnya di
ladang. Senang sekali berada di tengah ladang bersama orang-orang yang berhati
tulus. Aku membantu mencabut dan mengumpulkan umbi-umbian yang bulat dan segar
itu. Pak Dukun dan isterinya berkali-kali mengingatkan agar aku beristirahat
dan menikmati nasi jagung khas Tengger yang disebut aron dan ikan asin sebagai
lauknya.
(Selamat
Jalan Pak Ayu. Semoga diberitakan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT dan
diampuni segala dosanya, serta semoga keluarganya yang ditinggalkan diberikan
ketabahan. Amien)
Denpasar,
02 Maret 2016
0 komentar:
Posting Komentar