net
hening setelah itu. menunggu. masuk. satu per satu. sama seperti hari-hari sebelumnya di pintu.
ingatan kepada mereka serasa menyebutkannya. berhembus kabar-kabar tentang dirinya. di sana atau di sekitar sini. tak pernah teringat kapan peristiwa itu. tak pernah tercatat di dinding-dinding keramat itu. tak terpampang lembaran-lembaran cerita itu. tak perlu lama menghitung. dan tak perlu mengerutkan dahi. karena itu masa itu.
hening meski terdengar deru kendaraan melaju. ku tetap di pinggir serambi luas itu. ya seluas lapangan sepak bola di daerah ku. sejauh mata memandang tampak dahi-dahi menghitam.
diriku tak terbaca lagi. tenggelam bersama mereka di pinggir jalan pintu masuk itu. ku tanya samping kanan dan kiri mereka. jawabannya beragam. saya dari sana. belum makan tiga hari. ingin makan seperti apa yang mereka makan. tak punya uang sama sekali. ingin pulang kepada mereka. mereka siapa tak pernah ada jawabannya.
ku biarkan mereka bersimpuh di atas lantai rusak itu. sedangkan aku beranjak dari tempat duduk. ya setelah kenyang dengan ubi jalar beberapa potong itu. ditambah satu seruput gula bercampur buah belewah. atau air bening segelas ukuran mili itu.
tiba-tiba denyut nadi meninggi. jatung berdebar di tengah altar. bibir kumat-kamit seperti sembelit. menahan dahan tangan tak mampu bergerak. kaki seperti terpatri. buru-buru mata berkaca-kaca. mulut ingin berteriak hingga serak. seperti terkunci tak mampu berbunyi. bisikan-bisikan itu semakin dekat. menyambar dan meronta di daun telinga. semakin lama semakin keras.
meletup menerjang sendi-sendi kepala. sudah terhitung tinggal berapa hari lagi. satu hari dan terus bertambah. semakin jelas. ini jumat. perjamuan telah berakhir. (*)
denpasar, 10 juli 2015
0 komentar:
Posting Komentar