Rabu, 08 Juli 2015

laila, laili, oh lailu

net

laila, laili, oh lailu. 
engkau mulia tiada bandingnya. paras cantik nan menggoda. kau tak pilih-pilih siapa aku, dia, atau kita. kaum mana yang bisa bersanding denganmu. semua berharap bertemu dan berjumpa denganmu. begitu juga dengan ku.

laila, laili, oh lailu. 
ku tutup telinga hingga tuli bisikan. ku sumpal hidung hingga saluran napas tak beronga. kurapatkan kedua bibir lalu kunci berkata diam. membisu.

laila, laili, oh lailu. 
ku ikat kedua tangan lalu membentang. meraih dan meraba butiran-butiran lingkar kayu. ku pasung kaki hingga berlutut tersujud. kepala terbentur menatap lantai-lantai kusam bertuliskan kesucian.

laila, laili, oh lailu. 
ku heningkan malam-malamku. mengejar paras cantik biduan. semangat dengan penuh harap. hari-hari ganjil terhitung malam menggigil. hari genap menjadi gelap. mengisi ruang kedap tanpa lampu-lampu dunia. pancaran kecil dari sudut-sudut ruang semakin mengecilkan tubuh bercampur luruh.

laila, laili, oh lailu.
jarum jam terus menunjuk angka. waktu berputar mengelilingi kubah-kubah tanpa henti. sedangkan aku masih membelenggu menanti untaian cinta dan kasihmu.

laila, laili, oh lailu.
ku bayangkan bagaimana menikmatimu selama 1000 bulan. bercumbu penuh dengan gairah hingga mata memerah. bergumul dengan bidadari-bidadari suci. menghiasi wajah-wajah penuh amarah. kemuliaan yang tak pernah terbayarkan.

laila, laili, oh lailu.
hingga hari ini belum melihatmu. memandang pun tak sampai. menyapamu. hanya cerita tentang dirimu. keajaiban nyata. misteri yang tak pernah terjawab logika. antara nalar dan keyakinan. 

laila, laili, oh lailu.
di tengah ketidakmampuan dan uji kesabaran aku berharap. meski hanya sekejap mata. menyaksikan sayap jibril mengepak turun ke bumi. mengisi hati dengan sepenuh nurani. hingga catatan takdir tahunan penuh ampunan.

denpasar, tengah malam, 8 juli 2015

0 komentar:

Posting Komentar